NAMA : ALIFFATIHA NURJANANTA P I
NIM : 3011030066
KELAS : 3B
KELAS : 3B
BAB I
PENDAHULUAN
Prinsip-prinsip
kepemimpinan perlu terus digelorakan. Bahkan prinsip kepemimpinan yang
ditanamkan Ki Hajar Dewantara, cukup relevan untuk diterapkan saat ini. Ada
tiga kriteria pemimpin menurut Ki Hajar Dewantara. Pertama, ing ngarso
asung tulodo artinya seorang pemimpin yang berada di depan haruslah selalu
memberi contoh. Sebuah contoh untuk dapat diikuti dan diamalkan terutama oleh
dirinya dan orang-orang yang dipimpinnya.
Kedua, ing
madyo mangun karsa. Artinya, di tengah (sebagai pengikut atau pengemban)
seharusnya membangun karsa atau kehendak. Warga negara atau rakyat sebagai
pengemban, berada di tengah. Mereka tidak hanya diharapkan selalu mencontoh
sang pemimpin tapi juga diharapkan mampu membangun lingkungan atau suasana yang
kondusif.
Ketiga, tut
wuri handayani. Artinya, para generasi penerus atau generasi muda dapat
selalu mengikuti contoh dan suasana kondusif yang telah ada. Sehingga
diharapkan pada saatnya tiba, mereka dapat memainkan peran. Entah itu di
depan atau pun di tengah. Mereka dapat menjalankan fungsinya dengan baik yakni
untuk memberi teladan ataupun menciptakan suasana yang kondusif. Tiga kriteria
kepemimpinan itulah yang diterapkan para pemimpin kita. Itu akan lebih
bijaksana. Karena itu, moralitas kepemimpinan harus diarahkan pada tiga
kriteria tersebut.
A. Latar
Belakang
Istilah
leadershif berasal dari kata leader
artinya pemimpin atau to lead artinya memimpin.
Leadershif sudah menjadi kajian tersendiri dalam ilmu manajemen, oleh karena
sifatnya yang universal dan menjadikan bahan diklat dalam perusahaan maupun
dalam organisasi. Saya katakan setiap orang punya bakat jadi pemimpin dan
kepemimpinan adalah ilmunya dan bisa diaplikasikan setelah anda menjadi
pemimpin.
BAB II
PEMBAHSAN
Kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang tersebut bertingkah laku
sebagaimana yang dikehendaki oleh orang itu disebut dengan kepemimpinan.
Pengertian kepemimpinan ini dijelaskan Drs. Abu Ahmadi ( 1991 : 123),
menurutnya’Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan dari seseorang (yaitu
leader) untuk mempengaruhi orang lain
( yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikut) sehingga orang tersebut
bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut.
Kepemimpinan
terbagi kepada dua Pertama kepemimpinan sebagai
kedudukan, artinya kepemimpinan merupakan sesuatu yang kompleks yaitu terdiri
dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dimiliki oleh seseorang atau oleh
suatu badan. Kepemimpinan ini bersifat formal (formal leadership) sebab
kepemimpinan ini bersimpul didalam suatu jabatan. Kedua
kepemimpinan sebagai proses social. Artinya kepemimpinan meliputi segala
tindakan yang dilakukan seseorang atau suatu badan yang menyebabkan gerak dari
warga masyarakat. Kepemimpinan ini bersifat tidak resmi sedab kepemimpinan ini
berdasarkan pengakuan dari masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan
kepemimpinan.
Garry Yukl
(1994:2) menyimpulkan definisi yang mewakili tentang kepemimpinan antara lain
sebagai berikut :
Ø
Kepemimpinan adalah prilaku dari seorang individu yang memimpin
aktifitas-aktifitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin
dicapai bersama (share goal) (Hemhill& Coons, 1957:7)
Ø
Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu situasi
tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satu
atau beberapa tujuan tertentu (Tannenbaum, Weschler & Massarik, 1961:24)
Ø
kepemimpinan adalah pembentukan awal serta pemeliharaan struktur dalam harapan
dan interaksi (Stogdill, 1974:411)
Ø
kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada
diatas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan rutin organisasi (Katz & Kahn,
1978:528)
Ø
kepeimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas sebuah kelompok yang
diorganisasi kearah pencapaian tujuan (Rauch & Behling, 1984:46)
Ø
kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti)
terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha
yang dinginkan untuk mencapai sasaran(Jacob & Jacques, 1990:281)
Ø Para
pemimpin adalah mereka yang secara konsisten memberi kontribusi yang efektif
terhadap orde sosial dan yang diharapkan dan dipersepsikan melakukannya
(Hosking, 1988:153)
Ø
Kepemimpinan sebagai sebuah proses pengaruh sosial yang dalam hal ini pengaruh
yang sengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur
aktifitas-aktifitas serta hubungan-hubungan didalam sebuah kelompok atau
organisasi (Yukl, 1994:2)
Kepemimpinan
sering diartikan dengan jabatan formal, yang justru menuntut untuk mendapat
fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya dilayani. Meskipun
banyak di antara pemimpin atau pejabat yang ketika dilantik mengatakan bahwa
jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit sekali atau bisa
dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang sungguh-sungguh menerapkan
kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang melayani
TEORI KEPEMIMPINAN
Memahami teori-teori kepemimpinan
sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu
organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada
produktivitas organisasi secara keseluruhan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang
teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah
organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :
a.
Teori
Kepemimpinan Sifat
Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari
aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat
kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui
pendidikan dan pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain : sifat fisik, mental,
dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum
yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :
- Kecerdasan berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata-rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
- Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
- Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
- Sikap Hubungan Kemanusiaan adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya
b.
Teori
Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang
mendasarkan teori ini memiliki kecendrungan ke arah 2 hal yaitu:
- Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
- Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh : bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
c.
Teori
Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan
kepemimpinan, sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi
perilaku orang lain baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang
tersebut bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
d.
Teori
Kepemimpinan Situasi
Seorang
pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat
fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
e.
Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus
ada pertukaran yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya.
Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap,
berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang
untuk melakukan sesuatu. Gaya tersebut bisa berbeda-beda atas dasar motivasi ,
kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa
gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan
itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Selain gaya
kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya yaitu :
a.
Otokratis
Metode pendekatan kekuasaan dalam
mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan
digunakan. Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri,
dan menata situasi kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa
saja yang diperintahkan.
b. Demokrasi
Ditandai adanya suatu struktur yang
pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif.
Di bawah kepemimpinan pemimpin yang demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat
bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
c.
Kendali Bebas
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh
terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat
pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan tanggung jawab, kemudian
menggantungkannya kepada kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan
menanggulangi masalahnya sendiri.
Menurut Hersey dan Blanchard (dalam
Ludlow dan Panton,1996 : 18), masing-masing gaya kepemimpinan ini hanya memadai
dalm situasi yang tepat meskipun disadari bahwa setiap orang memiliki gaya yang
disukainya sendiri dan sering merasa sulit untuk mengubahnya meskipun perlu.
Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang.
Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang
mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh
bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara
mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah
a.
Directing
Dalam situasi demikian, biasanya terjadi over
communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan
pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan
aturan-aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di
lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.
b. Coaching
Pemimpin tidak hanya memberikan detil
proses dan aturan kepada bawahan tapi juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan
itu diambil, mendukung proses perkembangannya, dan juga menerima barbagai
masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi
dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas.
c.
Supporting
Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu
upaya bawahannya dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak
memberikan arahan secara detail, tetapi tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan
dibagi bersama dengan bawahan. Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah
mengenal teknik-teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang
lebih dekat dengan anda.
d. Delegating
Sebuah gaya dimana seorang pemimpin
mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya
delegating akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya telah paham dan
efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka menjalankan tugas
atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI
Hati Yang Melayani
(Karakter Kepemimpinan)
Kepemimpinan
yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu
transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter.
Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam dan kemudian bergerak ke luar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter danintegritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin sejati dan diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali betapa banyak kita saksikan para pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan ketika kampanye dalam Pemilu tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah duduk nyaman di kursinya. Paling tidak menurut Ken Blanchard dan kawan-kawan, ada sejumlah ciri-ciri dan nilai yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani, yaitu:
Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam dan kemudian bergerak ke luar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter danintegritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin sejati dan diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali betapa banyak kita saksikan para pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan ketika kampanye dalam Pemilu tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah duduk nyaman di kursinya. Paling tidak menurut Ken Blanchard dan kawan-kawan, ada sejumlah ciri-ciri dan nilai yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani, yaitu:
Tujuan paling
utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya.
Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongannya
tetapi justru kepentingan publik yang dipimpinnya. Entah hal ini sebuah impian
yang muluk atau memang kita tidak memiliki pemimpin seperti ini, yang jelas
pemimpin yang mengutamakan kepentingan publik amat jarang kita temui di
republik ini.
Seorang
pemimpin sejati justru memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan
mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelompoknya. Hal
ini sejalan dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the
Leaders Around You. Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari
kemampuannya untuk membangun orang-orang di sekitarnya, karena keberhasilan
sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam
organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak
anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan
berkembang dan menjadi kuat.
Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya. Ciri keempat seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas (accountable). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik atau kepada setiap anggota organisasinya.
Pemimpin yang melayani
adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian dan
harapan dari mereka yang dipimpinnya. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin
yang dapat mengendalikan ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan
publik atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat
mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu
berat. Seorang pemimpin sejati selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian
diri dan tidak mudah emosi.
Kepala Yang Melayani
(Metoda Kepemimpinan)
Seorang pemimpin sejati tidak
cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tetapi juga harus memiliki
serangkaian metoda kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif.
Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas dari aspek yang pertama, yaitu
karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pemimpin
formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metoda
kepemimpinan yang baik.
Tangan
Yang Melayani (Perilaku Kepemimpinan)
Pemimpin sejati bukan sekedar
memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki kemampuan dalam metoda
kepemimpinan, tetapi dia harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang
pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard tersebut disebutkan ada empat perilaku
seorang pemimpin, yaitu: Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang
dipimpinnya, tetapi sungguh-sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk
memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan Firman
Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap apa
yang dipikirkan, dikatakan dan diperbuatnya.
Contoh adalah para pemimpin
karismatik ataupun pemimpin yang menjadi simbol
perjuangan rakyat, seperti Corazon Aquino, Nelson Mandela, Abdurrahman Wahid, bahkan mungkin Mahatma Gandhi, dan masih banyak lagi menjadi pemimpin yang tidak efektif ketika menjabat secara formal menjadi presiden. Hal ini karena mereka tidak memiliki metoda kepemimpinan yang diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya. Tidak banyak pemimpin yang memiliki kemampuan metoda kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah formal. Oleh karena itu seringkali dalam berbagai kesempatan mendorong institusi formal agar memperhatikan ketrampilan seperti ini yang kami sebut dengan softskill atau personal skill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught. Jelas dalam artikel tersebut dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metoda kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan.
Kepemimpinan yang sukses dan
kepemimpinan yang efektif
Jika seseorang mencoba mempengaruhi tingkah laku orang lain, stimulus yang ia lakukan itu disebut attempted leadership. Respon terhadap attempted leadership ini mungkin berhasil (sukses) mungkin tidak berhasil. Berhasil dan tidak berhasil, atau sukses dan tidak sukses itu kedua-duanya terletak hanya dalam satu kontinum saja. Selanjutnya yang sukses itu belum tentu efektif, melainkan dapat efektif dapat pula inefektif.
Apabila gaya kepemimpinan A tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh B, apalagi malah berlawaanan dengan B, tetapi B toh mengerjakannya disebabkan A memiliki kekuasaan jabatan (position power) maka dapatlah dikatakan bahwa kepemimpinan A itu telah berhasil tetapi tidak efektif. B memberi respon sebagaimana diminta oleh A itu, karena A menguasai imbalan dan hukuman, bukan ddisebabkan B melihat bahwa kebutuhan-kebutuhannya atau harapan-harapannya sedang dipenuhi dengan pencapaian sasaran A atau organisasinya.
`Sebaliknya, apabila attempted
leadership yang dilakukan oleh A itu mengakibatkan B melaksanakan disebabkan
dengan cara yang dilakukan A itu B merasa memperoleh hasil sebagaimana
diharapkan atau yang dibutuhkan, maka kepemimpinan A itu adalah efektif. A tidak
saja memiliki kekuasaan jabatan melainkan juga kekuasaan pribadi. B menghargai
A dan bersedia bekerjasama dengan A, dan B menyadari bahwa permintaan A itu
sejalan atau konsisten dengan tujuan pribadinya. B mengetahui bahwa tujuannya
itu dapat dipenuhi dengan melaksanakan kegiatan yang diperintahkan oleh A.
Inilah yang disebut effective leadership
Apabila seseorang pemimpin hanya
berminat pada sukses saja , ia cenderung menggunakan kekuasaan jabatan dan
menggunakan supervisi yang ketat. Akan tetapi jika ia berhasrat efektif maka ia
juga akan menggunakan kekuasdan pribadinya dan ini dapat disimak dengan
supervisinya yang longgar, kekuasaan jabatan cenderung didelegasikan ke bawah
melalui organisasi, sedang kekuasaan pribadi diperoleh dari bawahan atas dasar
dapat diterimanya oleh bawahan.
Perilaku pemimpin Sebelumnya
dipandang bahwa ciri pribadi merupakan sumber utama kepemimpinan yang berhasil
tetapi belakangan ini penekanannya lebih pada upaya mengidentifikasi perilaku
pemimpin. dengan demikian kepemimpinan yang berhasil bergantung pada perilaku,
keterampilan dan tindakan yang tepat bukan pada ciri pribadi.
Para pemimpin harus menggunakan
jenis kempimpinan yang berbeda : ketrampilan teknis, ketrampilan manusiawi dan
ketrampilan konseptual.
1. Keterampilan teknis (Technicl
skill), mengacu pada pengetahuan dan ketrampilan seseorang dalam salah satu
jenis proses atau teknik. Contoh ketrampilan yang dimiliki para akuntan,
insinyur, pembuat alat-alat. Ketrampilan ini merupakan ciri yang menonjol dari
prestsi kerja [ada tingkat operasional, tetapi pada saat pegawai dipromosikan
pada tanggung jawab kepemimpinan, keterampilan teknis mereka secara
proporsional menjadi kurang penting.
2. Ketrampilan manusiawi (Human
skill), adalah kemampuan bekerja secara efektif dengan orang-orang dan membina
kerja tim. Setiap pemimpin pada setiap tingkat organisasi memerlukan
ketrampilan manusiawi yang efektif
3. Keterampilan konseptual
(conceptual skill), adalah kemampuan untuk berpikir dalam kaitannya dengan
model, kerangka, hubungan yang luas seperti rencana jangka panjang.
Keterampilan ini menjadi semakin penting dalam pekerjaan manajerial yang lebih
tinggi. Keterampilan konseptual berurusan dengan gagasan, sedangkan ketrampilan
manusiawi berfokus pada orang dan keterampilan teknis pada benda.
Aspek situasi Kepemimpinan yang berhasil memerlukan perilaku yang menyatukan dan merangsang pengikut untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam situasi tertentu. Ketiga unsur ini: pemimpin, pengikut, dan situasi adalah variabel yang mempengaruhi satu sama lainnya dalam menentukan perilaku kepemimpinan yang efektif.
Aspek situasi Kepemimpinan yang berhasil memerlukan perilaku yang menyatukan dan merangsang pengikut untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam situasi tertentu. Ketiga unsur ini: pemimpin, pengikut, dan situasi adalah variabel yang mempengaruhi satu sama lainnya dalam menentukan perilaku kepemimpinan yang efektif.
Pendekatan-pendekatan dalam
studi kepemimpinan
• Traits approach berpendapat
hanya mereka yang memiliki kualitas-kualitas pribadi seperti intelegensi dan
watak-watak tertentu saja yang dapat menjadi pemimpin . Menurut pendekatan ini
latihan kepemimpinan hanyalah berguna bagi mereka yang memiliki di dalam dirinya
watak-watak kepemimpinan.
• Behavior approach atau
situational approach yang memfokuskan penelitiannya pada perilaku yang tersemak
bukan pada pembawaan (inborn) yang hipotetik atau kemampuan yang dibawa atau
potensi untuk kepemimpinan. Tekannya ialah pada perilaku pemimpin dan anggota
kelompoknya(pengikut-pengikutnya) dan berbagai situasinya. Dengan tekanan
seperti ini , yaitu perilaku dan lingkungan (situasi) maka dapat dikembangkan
kemungkinan latihan kepemimpinan bagi seseorang untuk menjadi pemimpin dalam
berbagai situasi.
Membahas masalah kepemimpinan
sama hal nya dengan membahas kekuasaan, masalah kekuasan nampaknya merupakan
suatu hal yang sangat penting karena hakekat dari pada kepemimpinan adalah
masalah pengaruh dan hakekat dari pengaruh dalah kekuasaan, seperti dikemukakan
oleh Joseph Reitz dan Linda N Jewell (1985),
KEPEMIMPINAN SEJATI
Seperti
yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa
kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka
yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah
segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam,
tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas
yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi
serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin
sejati.
Sebuah jenis kepemimpinan yaitu Q Leader memiliki 4 makna terkait dengan kepemimpinan sejati, yaitu :
· Q
berarti kecerdasan atau intelligence. Seperti dalam IQ berarti
kecerdasan intelektual, EQ berarti kecerdasan emosional, dan SQ berarti
kecerdasan spiritual. Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki
kecerdasan IQ, EQ, SQ yang cukup tinggi.
· Q leader berarti kepemimpinan yang memiliki kualitas (quality), baik dari aspek visioner maupun aspek manajerial.
· Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki qi (dibaca ‘chi’ dalam bahasa Mandarin yang berarti kehidupan).
· Q
keempat adalah qolbu atau inner self. Seorang pemimpin sejati adalah
seseorang yang sungguh – sungguh mengenali dirinya (qolbunya) dan dapat
mengelola dan mengendalikannya (self management atau qolbu management).
Menjadi
seorang pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar
dan bertumbuh senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar Q
(intelligence-quality-qi-qolbu) yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian
misi dan tujuan organisasi maupun pencapaian makna kehidupan setiap
pribadi seorang pemimpin.
Rangkuman kepemimpinan Q dalam 3 aspek penting yang disingkat menajadi 3C, yaitu :
· Perubahan karakter dari dalam diri (character chage).
· Visi yang jelas (clear vision).
· Kemampuan atau kompetensi yang tinggi (competence).
Ketiga
hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk
senantiasa bertumbuh, belajar dan berkembang baik secara internal
(pengembangan kemampuan intrapersonal, kemampuan teknis,
pengatahuan,dll) maupun dalam hubungannya dengan orang lain
(pengembangan kemampuan interpersonal dan metode kepemimpinan).
II. KEPEMIMPINAN DAN KEARIFAN LOKAL\
Kearifan
lokal yaitu spirit lokal genius yang disamakan maknanya dengan
pengetahuan, kecerdikan, kepandaian, keilmuan, dan kebijaksanaan dalam
pengambilan keputusan dan berkenaan dengan penyelesaian masalah yang
rumit,
Dalam
suatu lokal tentunya selalu diharapkan kehidupan yang selaras, serasi
dan seimbang (harmonis). Kehidupan yang penuh kedamaian dan suka cita.
Kehidupan yang dipimpin oleh pimpinan yang dihormati bawahannya.
Kehidupan yang teratur dan terarah yang dipimpin oleh pimpinan yang
mampu menciptakan suasana kondusif.
Kehidupan
manusia tidak lepas dari masalah. Serangkaian masalah tidaklah boleh
didiamkan. Setiap masalah yang muncul haruslah diselesaikan. Dengan
memiliki jiwa kepemimpinan, seseorang akan mampu menaggulangi setiap
masalah yang muncul.
Manusia
di besarkan masalah. Dalam kehidupan lokal masyarakat, setiap masalah
yang muncul dapat ditanggulangi dengan kearifan lokal masyarakat
setempat. Contohnya adalah masalah banjir yang di alami masyarakat di
berbagai tempat. Khususnya di DKI Jakarta, seringkali terjadi banjir di
wilayah tersebut. Masalah ini haruslah segera ditangani.
Dalam hal pembuatan drainase dan infrastruktur lainnya, diperlukan
kematangan rencana agar pembangunan yang dilaksanakan tidak berdampak
buruk. Terbukti, penanggulangan yang cepat dengan membuat gorong –
gorong bisa menurunkan debit air yang meluber ke jalan.
BAB III
KESIMPULAN
Kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain sehingga orang tersebut bertingkah laku sebagaimana
yang dikehendaki oleh orang itu disebut dengan kepemimpinan.
ADA Tiga aspek kepemimpinan tersebut adalah
antara lain :
·
Hati Yang Melayani (Karakter Kepemimpinan)
·
Kepala Yang Melayani (Metoda Kepemimpinan)
·
Tangan Yang Melayani (Perilaku Kepemimpinan)
Para pemimpin harus menggunakan jenis kempimpinan
yang berbeda : ketrampilan teknis, ketrampilan manusiawi dan ketrampilan
konseptual.
Unsur-usur dalam kepemimpinan:
1. Unsur Manusia
2. Unsur Sarana
3. Unsur tujuan
teori kepemimpinan yang telah berkembang pada dekade-dekade
akhir Abad 20 yang relevan dalam menghadapi tantangan dan permasalahan Abad 21,
a. Kepemimpinan Transformasional.
b. Kepemimpinan Transaksaksional.
Ada tiga hal penting dalam metoda kepemimpinan,
yaitu:
1. Memeiliki visi
yang jelas.
2. Memiliki suatu
tujuan (goal) yang jelas.
3. Seorang pemimpin yang
efektif adalah seorang yang sangat responsive.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Burhanuddin, Analisis Manajemen dan Kepemimpinan
Pendidikan, (Malang : Bumi Aksara, 1994).
2.
Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi,
(Bandung : Ossa Promo, 1999) h. 253.
3.
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan
Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995.
4. Birch, P. 2001. Kepemimpinan, Dasar-
dasar dan Pengembangannya. Erlangga. Jakarta.
2 komentar:
Saya suka blog Anda, saya berharap untuk melihat lebih banyak dari Anda. Apakah Anda menjalankan situs lain?
terimakasih atas kunjungannya,, memang sekarang saya sibuk kuliah, jadi blog ini jarang update, nanti kalau sudah senggang waktunya pasti akan update kembali :)
Posting Komentar